KESENIAN LENONG
Pengertian Lenong
Lenong adalah kesenian teater tradisional atau sandiwara rakyat Betawi yang dibawakan dalam dialek Betawi yang berasal dari Jakarta, Indonesia. Kesenian Tradisional ini diiringi musik gambang kromong dengan alat-alat musik seperti gambang, kromomh, gong, kendang, kempor, suling, dan kecrekan, serta alat musik unsur Tionghoa seperti tehyan, kongahyang, dan sukong. Lakon atau skenario lenong umumnya mengandung pesan moral, yaitu menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa yang digunakan dalam lenong adalah bahasa Melayu (atau kini bahasa Indonesia) dialek Betawi.
Sejarah Lenong
Jenis Lenong
Sumber :
http://kafindadwifanny.blogdetik.com/2015/02/16/kesenian-masyarakat-lenong-betawi
https://id.wikipedia.org/wiki/Lenong
Lenong adalah kesenian teater tradisional atau sandiwara rakyat Betawi yang dibawakan dalam dialek Betawi yang berasal dari Jakarta, Indonesia. Kesenian Tradisional ini diiringi musik gambang kromong dengan alat-alat musik seperti gambang, kromomh, gong, kendang, kempor, suling, dan kecrekan, serta alat musik unsur Tionghoa seperti tehyan, kongahyang, dan sukong. Lakon atau skenario lenong umumnya mengandung pesan moral, yaitu menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa yang digunakan dalam lenong adalah bahasa Melayu (atau kini bahasa Indonesia) dialek Betawi.
Sejarah Lenong
Lenong berkembang sejak akhir abad 19 atau awal abad
20. Seni teater mungkin merupakan adaptasi oleh masyarakat Betawi seni
yang sama seperti “komedi bangsawan” dan “teater opera” yang sudah ada
pada saat itu. Selain itu, Firman Muntaco, seniman Betawi, menyatakan
bahwa berevolusi dari proses teater lenong musik Gambang Kromong dan
sebagai tontonan sudah dikenal sejak 1920-an.
Para pemain Lenong berevolusi dari lelucon-lelucon tanpa
plot-tali digantung pada sebuah pertunjukan dengan bermain sepanjang
malam dan utuh. Pada seni pertama dipamerkan dengan menyanyikan dari
desa ke desa. Acara ini diadakan di udara terbuka tanpa panggung.
Sebagai acara berlangsung, salah satu aktor atau aktris di sekitar
penonton sementara meminta sumbangan secara sukarela. Selanjutnya, mulai
Lenong dilakukan atas permintaan pelanggan dalam acara-acara di
panggung hajatan seperti resepsi pernikahan. Baru pada awal kemerdekaan,
teater rakyat ini murni menjadi spectac panggung.
Setelah mengalami masa sulit, dalam seni lenong yang dimodifikasi
tahun 1970-an mulai rutin dilakukan di panggung Taman Ismail Marzuki,
Jakarta. Selain menggunakan unsur teater modern dalam tahap plot dan
tata letak, Lenong yang direvitalisasi ke dalam dua atau tiga jam dan
tidak lagi sepanjang malam.
Jenis Lenong
Ada dua jenis yaitu Lenong Denes dan Lenong Lenong
preman. Dalam Lenong Denes (dari Denes dalam dialek Betawi yang berarti,
dinas, atau, resmi, ), aktor dan aktris biasanya memakai pakaian
formal dan kisahnya sedang menyiapkan kerajaan atau lingkungan kaum
bangsawan, sedangkan dalam pakaian sipil dikenakan Lenong tidak
ditentukan oleh sutradara dan cerita umum kehidupan sehari-hari. Selain
itu, kedua jenis tersebut dibedakan juga Lenong dari bahasa yang
digunakan, Denes Lenong umumnya menggunakan bahasa halus (tinggi
Melayu), sementara Lenong preman menggunakan bahasa percakapan
sehari-hari.
Kisah dimainkan dalam contoh preman lenong adalah cerita
tentang orang-orang yang ditindas oleh tuan tanah dengan pemungutan
pajak dan munculnya tokoh pejuang doa taat yang membela rakyat dan
melawan tuan tanah jahat. Sementara itu, contoh adalah kisah Lenong
Denes 1001 cerita malam.
Dalam perkembangannya, Lenong preman dan berkembang lebih populer daripada Lenong Denes.
Sumber :
http://kafindadwifanny.blogdetik.com/2015/02/16/kesenian-masyarakat-lenong-betawi
https://id.wikipedia.org/wiki/Lenong
Komentar
Posting Komentar